Daftar Isi
ToggleTujuan kesebelas: Mengingat akhiratTujuan keduabelas: Mewujudkan ukhuwah diniyyahTujuan kesebelas: Mengingat akhirat Di antara tujuan haji yang agung adalah untuk mengingat akhirat dan hari perjumpaan ketika menghadap Allah Ta’ala. Renungkanlah awal amalan ibadah ketika haji, yaitu saat melepas perhiasan dan pakaian serta kondisi seseorang ketika mengenakannya.Setiap jemaah haji telah memakai pakaian dari negerinyan masing-masing. Namun, ketika sampai di miqat, mereka harus melepas pakaian tersebut, kemudian mandi dan memakai wewangian. Selanjutnya, semuanya hanya memakai dua helai kain, yaitu izar dan rida’ yang putih bersih. Kain izar menjadi penutup bagian bawah tubuhnya, sementara rida’ digunakan untuk menutup pundaknya. Dengan kondisi seperti ini, mereka menjadi tawadhu’ karena semua memiliki kondisi yang sama, baik kaya maupun miskin, baik pimpinan (penguasa) maupun rakyat, baik atasan maupun bawahan, baik yang kecil maupun yang besar, semuanya sama dan tidak berbeda.Dalam kondisi seperti ini, semuanya berpakaian sama dan bersama-sama menuju ke Kakbah. Demikian pula, kondisi mereka sama pada saat meninggalkan kehidupan dunia ini. Tidakkah kalian melihat setiap yang mati, apa yang bersama dengannya dari dunia yang dimilikinya? Apa yang masuk bersama dirinya ke dalam kuburnya? Tidak ada apapun yang masuk ke kuburnya kecuali hanyalah potongan kain yang melilit tubuhnya. Kemudian mereka disalatkan setelah dimandikan, untuk selanjutnya dikebumikan di kubur. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,يُحْشَرُ الناسُ يوم القيامة عُراةً غُرْلًا بُهْمًا قال: قلنا: وما بُهْمًا؟ قال: ليس معهم شيء“Pada hari kiamat, seluruh manusia akan dikumpulkan dalam keadaan telanjang, tanpa alas kaki, dan buhman.” Kami bertanya, “Apa yang dimaksud dengan buhman?” Nabi menjawab, “Tidak memiliki apa-apa sama sekali.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya no. 16042)Tidak ada harta, tidak ada kekuasaan, tidak ada popularitas, tidak ada apapun yang bersamanya. Maka pakaian ihram menjadi pengingat bagi kita tentang kain kafan yang akan kita pakai ketika mati nanti.Berdiri saat wukuf di tanah Arafah mengingatkan berdirinya seorang hamba di hadapan Allah pada hari kiamat kelak. Renungkanlah kondisi para manusia yang berkumpul dari berbagai penjuru dunia di sebidang tanah pada tempat dan waktu yang sama. Siapakah yang mampu mengumpulkan mereka? Dia adalah Rabb seluruh alam yang mengumpulkan manusia sejak masa dahulu hingga hari akhir nanti di atas padang mahsyar pada hari kiamat nanti. Dikumpulkan seluruh makhluk dari makhluk pertama sampai terakhir, baik yang meninggal karena terbakar, atau mati dimakan binatang buas yang kemudian keluar menjadi kotoran, ataupun yang mati dikubur kemudian hancur di dalam tanah. Allah berfirman,وَقَالُوا أَئِذَا ضَلَلْنَا فِي الْأَرْضِ أَئِنَّا لَفِي خَلْقٍ جَدِيدٍ بَلْ هُم بِلِقَاء رَبِّهِمْ كَافِرُونَ“Dan mereka berkata, “Apakah bila kami telah lenyap (hancur) dalam tanah, kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru?” Bahkan mereka ingkar akan menemui Tuhannya.“ (QS. As-Sajdah: 10)Mereka semuanya Allah kumpulkan untuk wukuf di Arafah, mengingatkan tentang perkumpulan besar seluruh makhluk di hadapan Allah pada hari kiamat nanti.Disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada manusia pada saat beliau wukuf di Arafah sebelum matahari terbenam,أيها الناس إنه لم يبق من دنياكم فيما مضى منها إلا كما بقي من يومكم فيما مضى منه“Wahai manusia, tiada sesuatu pun yang tersisa dari dunia kalian dibandingkan dengan apa yang telah berlalu darinya, kecuali apa yang tersisa dari hari kalian dibandingkan dengan apa yang telah berlalu darinya.“ (HR. Ahmad dalam Al-Musnad no. 6173)Para jemaah haji wukuf di Arafah dan setiap mereka berharap untuk dibebaskan dari neraka pada hari itu. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ: مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ ؟“Tidak ada hari di mana Allâh Azza wa Jalla membebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada saat hari Arafah. Dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para malaikat dan berkata, “Apa yang mereka inginkan?” (HR. Muslim no. 1348)Hari yang paling banyak Allah membebaskan dari neraka adalah hari Arafah. Oleh karena itu, selayaknya seorang muslim bersemangat pada hari itu dengan bersungguh-sungguh meminta agar dibebaskan dari api neraka, sehingga dia meninggalkan Arafah dan dibebaskan dari api neraka. Ya Allah, bebaskan kami dan nenek moyang kami serta seluruh keturunan kami dan istri-istri kami dari api neraka.Saat di Arafah, para jemaah haji berada di tempat persaksian dan tempat wukuf yang agung dan mulia. Hal ini menjadi pengingat bagi manusia tentang hari kebangkitan, hari pembalasan, dan hari perhitungan ketika berkumpul di hadapan Allah pada hari kiamat kelak. Oleh karena itu, renungkanlah para jemaah haji tentang ayat haji di surah Al-Baqarah, dengan apa dia ditutup? Allah Ta’ala berfirman,وَاذْكُرُواْ اللّهَ فِي أَيَّامٍ مَّعْدُودَاتٍ فَمَن تَعَجَّلَ فِي يَوْمَيْنِ فَلاَ إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَن تَأَخَّرَ فَلا إِثْمَ عَلَيْهِ لِمَنِ اتَّقَى وَاتَّقُواْ اللّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ“Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barangsiapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya, bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya.“ (QS. Al-Baqarah: 203)Ini merupakan perintah yang harus engkau lakukan jika menginginkan hajimu sempurna. Engkau pulang ke negerimu dan ia menyertaimu (وَاتَّقُواْ اللّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ) (Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya), karena haji mengingatkan tentang hari berbangkit, hari pembalasan, dan hari perhitungan.Hendaklah bertakwa kepada Allah, wahai orang yang menunaikan haji ke baitullah. Hendaknya engkau ingat bahwa engkau akan dibangkitakan di hadapan Allah, dan bahwasanya Allah akan akan menghitung dan juga memberikan balasan atas apa yang engkau lakukan di dunia. Ketahuilah bahwa kehidupan dunia ini akan berlalu dan kehidupan akhirat telah menanti, dan masing-masing memiliki anak-anak yang mengikutinya. ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata, “Jadilah kalian anak-anak akhirat dan janganlah menjadi anak-anak dunia, karena sesungguhnya hari ini adalah hari beramal, bukan hari perhitungan; sedangkan esok di akhirat adalah hari perhitungan, bukan hari untuk betamal.“Apabila seorang hamba di atas ilmu, keimanan, dan keyakinan bahwasanya semuanya akan dibangkitkan kepada Allah, maka sesungguhnya ilmu dan keyakinannya tersebut akan membantunya dalam memperbaiki amal dan persiapan untuk hari tersebut. Allah Ta’ala di akhir ayat haji berfirman,وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang berakal.“ (QS. Al-Baqarah: 197)Jemaah haji hendaknya memiliki keimanan dan keyakinan tentang hari berbangkit, hari pembalasan, dan hari perhitungan sehingga keyakinan tersebut membantu dirinya untuk memperbaiki amalnya. Allah Ta’ala berfirman,قَالُوا إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ“Mereka berkata, “Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diazab).” (QS. Ath-Thuur: 26)Maksudnya, mereka takut akan hari kebangkitan, hari pembalasan, dan hari perhitungan ketika mereka berdiri menghadap Allah. Rasa takut ini menjadikan kita melakukan amal ketaatan kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman,فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ“Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka.” (QS. Ath-Thuur: 27)Orang-orang yang menerima kitab mereka dengan tangan kanan akan berkata pada hari kiamat,إِنِّي ظَنَنتُ أَنِّي مُلَاقٍ حِسَابِيهْ“Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku.“ (QS. Al-Haqah: 20)Maksudnya, bahwa aku dulu di dunia percaya bahwa di sana kelak akan ada kebangkitan, perhitungan, dan pembalasan dengan penuh keyakinan. Maka aku pun mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut.Tujuan keduabelas: Mewujudkan ukhuwah diniyyah Di antara tujuan ibadah haji adalah mewujudkan ukhuwah diniyyah dan persatuan di atas iman. Ini akan terwujud dalam ibadah haji dan tampak di dalamnya dalam bentuk yang paling indah. Inilah mereka para jemaah haji yang tawaf di baitullah, berkumpul di Arafah, dan berkumpul di Muzdalifah dengan pakaian yang sama, tujuan mereka sama, sesembahan mereka sama, amalan mereka sama, kiblat mereka sama, dan meneladani Rasul yang sama. Mereka berbagi harapan, kesedihan, dan kekhawatiran. Mereka berkumpul dalam perkumpulan Islami yang paling besar yang menampakkan ikatan iman dan persaudaraan di atas agama. Ada yang berkulit putih maupun hitam, ada yang orang Arab maupun non-Arab, semuanya dikumpulkan oleh agama Allah. Tidak ada perbedaan di antara mereka, kecuali ketakwaan kepada Allah.Allah Ta’ala berfirman,يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.“ (QS. Al-Hujurat: 13)Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam haji wada’,يا أيها الناس ألا إن ربكم واحد، وإن أباكم واحد، لا فضل لعربي على عجمي، ولا لعجمي على عربي، ولا لأسود على أحمر، ولا لأحمر على أسود إلا بالتقوى. ألا هل بلغت؟ قالوا: بلغ رسول الله “Hai manusia, sesungguhnya Tuhan kalian adalah satu dan ayah kalian adalah satu. Tidak ada keunggulan orang Arab atas orang non-Arab, tidak ada keunggulan orang non-Arab atas orang Arab, tidak ada keunggulan orang kulit hitam atas orang kulit merah, tidak ada keunggulan orang kulit merah atas orang kulit hitam, kecuali karena takwa. Apakah saya sudah menyampaikan pesannya?” Mereka (para sahabat) berkata, “Rasulullah telah menyampaikan pesan itu.” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad no. 23849)Haji adalah ikatan yang kuat yang mengumpukan ahlul iman di atas kasih sayang dan kecintaan serta tolong-menolong di atas kebaikan dan takwa. Dan juga dalam rangka menunaikan perintah Allah dan hiburan bagi kaum fakir. Lihatlah hal tersebut dalam prosesi menyembelih hewan dan dan pembayaran fidyah bagi yang meninggalkan wajib haji atau melakukan pelanggaran-pelanggaran haji. Lihat bagaimana hal ini memberikan manfaat dan faidah yang sangat besar bagi kaum fakir. Maka, haji menampakkan sifat persaudaraan dan ikatan dalam kasih sayang, kecintaan, serta tolong-menolong di atas kebaikan dan takwa.Dalam hari yang penuh berkah ini, yaitu di hari Arafah, jemaah haji memperbanyak ucapan Laa ilaah illallah yang merupakan ucapan terbaik di hari itu, bahkan merupakan kalimat terbaik yang sekaligus paling dicintai oleh Allah. Disebutkan dalam hadis bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ“Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah. Dan sebaik-baik yang kuucapkan, begitu pula diucapkan oleh para Nabi sebelumku adalah ucapan, “LAA ILAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKA LAH, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALA KULLI SYAI-IN QODIIR (Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya segala kerajaan, segala pujian dan Allah yang menguasai segala sesuatu).”Di sini terdapat isyarat penting bahwasanya berkumpulnya kaum muslim tidaklah terjadi kecuali di atas tauhid dan ittiba’ kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena dengan sebab keduanya, hawa nafsu akan hilang, perselisihan dan kebencian akan sirna, hati akan menyatu, kalimat akan berkumpul, dan barisan akan rapat. Ketika mereka lemah dalam berpegang teguh dengan kalimat ini, maka kekuatan mereka pun akan ikut lemah.Perkumpulan pada momen ini terdiri dari warna kulit yang berbeda, berbedanya bahasa mereka, dan jauhnya negeri-negeri asal mereka. Sungguh mereka bisa bersatu di atas tujuan yang sama yang tampak jelas dari kalimat yang mereka ucapkan dan diulang-ulang. Yang menjadikan mereka berkumpul adalah tauhid dan keimanan kepada Allah. Yang menyatukan mereka adalah ketundukan kepada Allah dan merendahkan diri kepada-Nya disertai rasa harap dan cemas, rasa takut, dan cinta.Kalimat tauhid Laa ilaaha illallah merupakan pengikat hakiki yang berkumpul di atasnya seluruh pemeluk agama Islam. Di atas kalimat inilah dibangun rasa loyal (wala’) dan permusuhan (bara’). Dengan sebab inilah, mereka saling mencintai dan membenci. Dengan sebab inilah terwujud persatuan kaum muslimin seperti jasad yang satu dan bangunan yang kokoh dan saling menguatkan satu sama lain.Di antara tujuan agung ibadah haji adalah memperkuat ikatan ini dan mempererat hubungan ini. Rabb yang disembah sama, arah kiblatnya sama, rasul yang diikuti sama. Demikian pula pakain ihram, tempat ibadah haji dan amalan hajinya pun sama, tempat berkumpulnya kaum muslin dan waktunya juga sama. Begitu pula syiar seluruhnya adalah ucapan, “labbaika allahumma labbaik“ yang diucapkan dengan penuh ketundukan, ketenangan, dan keyakinan. Ikatan mana lagi yang lebih kuat daripada ini? Hubungan mana lagi yang lebih agung daripada hubungan seperti ini?Hendaknya kaum muslimin sadar dengan hal ini, dan memuji Rabb mereka atas ikatan yang berkah dan pertemuan yang mulia, kecintaan, dan persaudaraan. Setiap orang di antara mereka berusaha merealisasikan setiap hal yang bisa menguatkan dan menumbuhkan hubungan ini dan menjauhkan dari setiap hal yang bisa membuat lemah dan merusaknya. Hendaknya semua orang mengesampingkan fanatisme rasial, sentimen nasionalistis, slogan-slogan jahiliyah, dan keberpihakan yang sempit. Mereka seharusnya hanya bersatu dan berkumpul di atas tauhid dan iman.[Bersambung]Kembali ke bagian 6 Lanjut ke bagian 8***Penulis: Adika MianokiArtikel Muslim.or.id Referensi:Maqashidul Hajj, karya Syekh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin al-Badr hafizhahullah.
Daftar Isi
ToggleTujuan kesebelas: Mengingat akhiratTujuan keduabelas: Mewujudkan ukhuwah diniyyahTujuan kesebelas: Mengingat akhirat Di antara tujuan haji yang agung adalah untuk mengingat akhirat dan hari perjumpaan ketika menghadap Allah Ta’ala. Renungkanlah awal amalan ibadah ketika haji, yaitu saat melepas perhiasan dan pakaian serta kondisi seseorang ketika mengenakannya.Setiap jemaah haji telah memakai pakaian dari negerinyan masing-masing. Namun, ketika sampai di miqat, mereka harus melepas pakaian tersebut, kemudian mandi dan memakai wewangian. Selanjutnya, semuanya hanya memakai dua helai kain, yaitu izar dan rida’ yang putih bersih. Kain izar menjadi penutup bagian bawah tubuhnya, sementara rida’ digunakan untuk menutup pundaknya. Dengan kondisi seperti ini, mereka menjadi tawadhu’ karena semua memiliki kondisi yang sama, baik kaya maupun miskin, baik pimpinan (penguasa) maupun rakyat, baik atasan maupun bawahan, baik yang kecil maupun yang besar, semuanya sama dan tidak berbeda.Dalam kondisi seperti ini, semuanya berpakaian sama dan bersama-sama menuju ke Kakbah. Demikian pula, kondisi mereka sama pada saat meninggalkan kehidupan dunia ini. Tidakkah kalian melihat setiap yang mati, apa yang bersama dengannya dari dunia yang dimilikinya? Apa yang masuk bersama dirinya ke dalam kuburnya? Tidak ada apapun yang masuk ke kuburnya kecuali hanyalah potongan kain yang melilit tubuhnya. Kemudian mereka disalatkan setelah dimandikan, untuk selanjutnya dikebumikan di kubur. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,يُحْشَرُ الناسُ يوم القيامة عُراةً غُرْلًا بُهْمًا قال: قلنا: وما بُهْمًا؟ قال: ليس معهم شيء“Pada hari kiamat, seluruh manusia akan dikumpulkan dalam keadaan telanjang, tanpa alas kaki, dan buhman.” Kami bertanya, “Apa yang dimaksud dengan buhman?” Nabi menjawab, “Tidak memiliki apa-apa sama sekali.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya no. 16042)Tidak ada harta, tidak ada kekuasaan, tidak ada popularitas, tidak ada apapun yang bersamanya. Maka pakaian ihram menjadi pengingat bagi kita tentang kain kafan yang akan kita pakai ketika mati nanti.Berdiri saat wukuf di tanah Arafah mengingatkan berdirinya seorang hamba di hadapan Allah pada hari kiamat kelak. Renungkanlah kondisi para manusia yang berkumpul dari berbagai penjuru dunia di sebidang tanah pada tempat dan waktu yang sama. Siapakah yang mampu mengumpulkan mereka? Dia adalah Rabb seluruh alam yang mengumpulkan manusia sejak masa dahulu hingga hari akhir nanti di atas padang mahsyar pada hari kiamat nanti. Dikumpulkan seluruh makhluk dari makhluk pertama sampai terakhir, baik yang meninggal karena terbakar, atau mati dimakan binatang buas yang kemudian keluar menjadi kotoran, ataupun yang mati dikubur kemudian hancur di dalam tanah. Allah berfirman,وَقَالُوا أَئِذَا ضَلَلْنَا فِي الْأَرْضِ أَئِنَّا لَفِي خَلْقٍ جَدِيدٍ بَلْ هُم بِلِقَاء رَبِّهِمْ كَافِرُونَ“Dan mereka berkata, “Apakah bila kami telah lenyap (hancur) dalam tanah, kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru?” Bahkan mereka ingkar akan menemui Tuhannya.“ (QS. As-Sajdah: 10)Mereka semuanya Allah kumpulkan untuk wukuf di Arafah, mengingatkan tentang perkumpulan besar seluruh makhluk di hadapan Allah pada hari kiamat nanti.Disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada manusia pada saat beliau wukuf di Arafah sebelum matahari terbenam,أيها الناس إنه لم يبق من دنياكم فيما مضى منها إلا كما بقي من يومكم فيما مضى منه“Wahai manusia, tiada sesuatu pun yang tersisa dari dunia kalian dibandingkan dengan apa yang telah berlalu darinya, kecuali apa yang tersisa dari hari kalian dibandingkan dengan apa yang telah berlalu darinya.“ (HR. Ahmad dalam Al-Musnad no. 6173)Para jemaah haji wukuf di Arafah dan setiap mereka berharap untuk dibebaskan dari neraka pada hari itu. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ: مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ ؟“Tidak ada hari di mana Allâh Azza wa Jalla membebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada saat hari Arafah. Dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para malaikat dan berkata, “Apa yang mereka inginkan?” (HR. Muslim no. 1348)Hari yang paling banyak Allah membebaskan dari neraka adalah hari Arafah. Oleh karena itu, selayaknya seorang muslim bersemangat pada hari itu dengan bersungguh-sungguh meminta agar dibebaskan dari api neraka, sehingga dia meninggalkan Arafah dan dibebaskan dari api neraka. Ya Allah, bebaskan kami dan nenek moyang kami serta seluruh keturunan kami dan istri-istri kami dari api neraka.Saat di Arafah, para jemaah haji berada di tempat persaksian dan tempat wukuf yang agung dan mulia. Hal ini menjadi pengingat bagi manusia tentang hari kebangkitan, hari pembalasan, dan hari perhitungan ketika berkumpul di hadapan Allah pada hari kiamat kelak. Oleh karena itu, renungkanlah para jemaah haji tentang ayat haji di surah Al-Baqarah, dengan apa dia ditutup? Allah Ta’ala berfirman,وَاذْكُرُواْ اللّهَ فِي أَيَّامٍ مَّعْدُودَاتٍ فَمَن تَعَجَّلَ فِي يَوْمَيْنِ فَلاَ إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَن تَأَخَّرَ فَلا إِثْمَ عَلَيْهِ لِمَنِ اتَّقَى وَاتَّقُواْ اللّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ“Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barangsiapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya, bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya.“ (QS. Al-Baqarah: 203)Ini merupakan perintah yang harus engkau lakukan jika menginginkan hajimu sempurna. Engkau pulang ke negerimu dan ia menyertaimu (وَاتَّقُواْ اللّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ) (Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya), karena haji mengingatkan tentang hari berbangkit, hari pembalasan, dan hari perhitungan.Hendaklah bertakwa kepada Allah, wahai orang yang menunaikan haji ke baitullah. Hendaknya engkau ingat bahwa engkau akan dibangkitakan di hadapan Allah, dan bahwasanya Allah akan akan menghitung dan juga memberikan balasan atas apa yang engkau lakukan di dunia. Ketahuilah bahwa kehidupan dunia ini akan berlalu dan kehidupan akhirat telah menanti, dan masing-masing memiliki anak-anak yang mengikutinya. ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata, “Jadilah kalian anak-anak akhirat dan janganlah menjadi anak-anak dunia, karena sesungguhnya hari ini adalah hari beramal, bukan hari perhitungan; sedangkan esok di akhirat adalah hari perhitungan, bukan hari untuk betamal.“Apabila seorang hamba di atas ilmu, keimanan, dan keyakinan bahwasanya semuanya akan dibangkitkan kepada Allah, maka sesungguhnya ilmu dan keyakinannya tersebut akan membantunya dalam memperbaiki amal dan persiapan untuk hari tersebut. Allah Ta’ala di akhir ayat haji berfirman,وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang berakal.“ (QS. Al-Baqarah: 197)Jemaah haji hendaknya memiliki keimanan dan keyakinan tentang hari berbangkit, hari pembalasan, dan hari perhitungan sehingga keyakinan tersebut membantu dirinya untuk memperbaiki amalnya. Allah Ta’ala berfirman,قَالُوا إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ“Mereka berkata, “Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diazab).” (QS. Ath-Thuur: 26)Maksudnya, mereka takut akan hari kebangkitan, hari pembalasan, dan hari perhitungan ketika mereka berdiri menghadap Allah. Rasa takut ini menjadikan kita melakukan amal ketaatan kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman,فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ“Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka.” (QS. Ath-Thuur: 27)Orang-orang yang menerima kitab mereka dengan tangan kanan akan berkata pada hari kiamat,إِنِّي ظَنَنتُ أَنِّي مُلَاقٍ حِسَابِيهْ“Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku.“ (QS. Al-Haqah: 20)Maksudnya, bahwa aku dulu di dunia percaya bahwa di sana kelak akan ada kebangkitan, perhitungan, dan pembalasan dengan penuh keyakinan. Maka aku pun mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut.Tujuan keduabelas: Mewujudkan ukhuwah diniyyah Di antara tujuan ibadah haji adalah mewujudkan ukhuwah diniyyah dan persatuan di atas iman. Ini akan terwujud dalam ibadah haji dan tampak di dalamnya dalam bentuk yang paling indah. Inilah mereka para jemaah haji yang tawaf di baitullah, berkumpul di Arafah, dan berkumpul di Muzdalifah dengan pakaian yang sama, tujuan mereka sama, sesembahan mereka sama, amalan mereka sama, kiblat mereka sama, dan meneladani Rasul yang sama. Mereka berbagi harapan, kesedihan, dan kekhawatiran. Mereka berkumpul dalam perkumpulan Islami yang paling besar yang menampakkan ikatan iman dan persaudaraan di atas agama. Ada yang berkulit putih maupun hitam, ada yang orang Arab maupun non-Arab, semuanya dikumpulkan oleh agama Allah. Tidak ada perbedaan di antara mereka, kecuali ketakwaan kepada Allah.Allah Ta’ala berfirman,يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.“ (QS. Al-Hujurat: 13)Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam haji wada’,يا أيها الناس ألا إن ربكم واحد، وإن أباكم واحد، لا فضل لعربي على عجمي، ولا لعجمي على عربي، ولا لأسود على أحمر، ولا لأحمر على أسود إلا بالتقوى. ألا هل بلغت؟ قالوا: بلغ رسول الله “Hai manusia, sesungguhnya Tuhan kalian adalah satu dan ayah kalian adalah satu. Tidak ada keunggulan orang Arab atas orang non-Arab, tidak ada keunggulan orang non-Arab atas orang Arab, tidak ada keunggulan orang kulit hitam atas orang kulit merah, tidak ada keunggulan orang kulit merah atas orang kulit hitam, kecuali karena takwa. Apakah saya sudah menyampaikan pesannya?” Mereka (para sahabat) berkata, “Rasulullah telah menyampaikan pesan itu.” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad no. 23849)Haji adalah ikatan yang kuat yang mengumpukan ahlul iman di atas kasih sayang dan kecintaan serta tolong-menolong di atas kebaikan dan takwa. Dan juga dalam rangka menunaikan perintah Allah dan hiburan bagi kaum fakir. Lihatlah hal tersebut dalam prosesi menyembelih hewan dan dan pembayaran fidyah bagi yang meninggalkan wajib haji atau melakukan pelanggaran-pelanggaran haji. Lihat bagaimana hal ini memberikan manfaat dan faidah yang sangat besar bagi kaum fakir. Maka, haji menampakkan sifat persaudaraan dan ikatan dalam kasih sayang, kecintaan, serta tolong-menolong di atas kebaikan dan takwa.Dalam hari yang penuh berkah ini, yaitu di hari Arafah, jemaah haji memperbanyak ucapan Laa ilaah illallah yang merupakan ucapan terbaik di hari itu, bahkan merupakan kalimat terbaik yang sekaligus paling dicintai oleh Allah. Disebutkan dalam hadis bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ“Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah. Dan sebaik-baik yang kuucapkan, begitu pula diucapkan oleh para Nabi sebelumku adalah ucapan, “LAA ILAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKA LAH, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALA KULLI SYAI-IN QODIIR (Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya segala kerajaan, segala pujian dan Allah yang menguasai segala sesuatu).”Di sini terdapat isyarat penting bahwasanya berkumpulnya kaum muslim tidaklah terjadi kecuali di atas tauhid dan ittiba’ kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena dengan sebab keduanya, hawa nafsu akan hilang, perselisihan dan kebencian akan sirna, hati akan menyatu, kalimat akan berkumpul, dan barisan akan rapat. Ketika mereka lemah dalam berpegang teguh dengan kalimat ini, maka kekuatan mereka pun akan ikut lemah.Perkumpulan pada momen ini terdiri dari warna kulit yang berbeda, berbedanya bahasa mereka, dan jauhnya negeri-negeri asal mereka. Sungguh mereka bisa bersatu di atas tujuan yang sama yang tampak jelas dari kalimat yang mereka ucapkan dan diulang-ulang. Yang menjadikan mereka berkumpul adalah tauhid dan keimanan kepada Allah. Yang menyatukan mereka adalah ketundukan kepada Allah dan merendahkan diri kepada-Nya disertai rasa harap dan cemas, rasa takut, dan cinta.Kalimat tauhid Laa ilaaha illallah merupakan pengikat hakiki yang berkumpul di atasnya seluruh pemeluk agama Islam. Di atas kalimat inilah dibangun rasa loyal (wala’) dan permusuhan (bara’). Dengan sebab inilah, mereka saling mencintai dan membenci. Dengan sebab inilah terwujud persatuan kaum muslimin seperti jasad yang satu dan bangunan yang kokoh dan saling menguatkan satu sama lain.Di antara tujuan agung ibadah haji adalah memperkuat ikatan ini dan mempererat hubungan ini. Rabb yang disembah sama, arah kiblatnya sama, rasul yang diikuti sama. Demikian pula pakain ihram, tempat ibadah haji dan amalan hajinya pun sama, tempat berkumpulnya kaum muslin dan waktunya juga sama. Begitu pula syiar seluruhnya adalah ucapan, “labbaika allahumma labbaik“ yang diucapkan dengan penuh ketundukan, ketenangan, dan keyakinan. Ikatan mana lagi yang lebih kuat daripada ini? Hubungan mana lagi yang lebih agung daripada hubungan seperti ini?Hendaknya kaum muslimin sadar dengan hal ini, dan memuji Rabb mereka atas ikatan yang berkah dan pertemuan yang mulia, kecintaan, dan persaudaraan. Setiap orang di antara mereka berusaha merealisasikan setiap hal yang bisa menguatkan dan menumbuhkan hubungan ini dan menjauhkan dari setiap hal yang bisa membuat lemah dan merusaknya. Hendaknya semua orang mengesampingkan fanatisme rasial, sentimen nasionalistis, slogan-slogan jahiliyah, dan keberpihakan yang sempit. Mereka seharusnya hanya bersatu dan berkumpul di atas tauhid dan iman.[Bersambung]Kembali ke bagian 6 Lanjut ke bagian 8***Penulis: Adika MianokiArtikel Muslim.or.id Referensi:Maqashidul Hajj, karya Syekh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin al-Badr hafizhahullah.